Konflik Ethiopia dan Eritrea di Afrika | Materi Sejarah | Kelas 12. Artikel ini membahas tentang konflik dua negara di afrika yang berlangsung lebih dari 20 tahun, yaitu Ethiopia dan Eritrea.
Sejak dahulu, konflik yang terjadi antarnegara banyak terjadi. Mulai dari peperangan indocina yang terjadi di Asia Tenggara, konflik antara korea selatan dan utara, sampai perang Uni Soviet dan Afghanistan. Beberapa di antaranya udah menghasilkan kesepakatan dari lama, tapi ada juga konflik yang berakhir panjang.
Salah satunya, Konflik Ethiopia dan Eritrea di Afrika.
Konflik antara dua negara ini dimulai selepas Perang Dunia kedua. PBB mengeluarkan resolusi tahun 1950. Isinya, mengembalikan kedaulatan dan menyatukan Eritrea sebagai wilayah Ethiopia. Jadi, ya, kasarnya kayak “masukin” Eritrea ke dalam wilayah Ethiopia.
Di samping itu, Haile Selassie, Kaisar Ethiopia saat itu, punya ambisi untuk menjadikan Ethiopia sebagai pemimpin di Afrika. Tahu, dong, kalau orang ambis suka ngebuat kebijakan-kebijakan keras buat memenuhi tujuannya? Pada saat itu, dia membebaskan budak-budak di seluruh wilayah Ethiopia. Kebijakan yang dibuatnya membuat rakyat bisa mengeluarkan suara dan punya hak memilih.
Nah, karena Eritrea “udah diatur” sama pemerintahan Ethiopia, Selassie menerapkan kebijakan-kebijakan yang ketat. Tahun 1959, pemerintah Eritrea berubah nama menjadi Admnistrasi Eritrea. Segala hukum Ethiopia pun berlaku buat penduduk Eritrea. Partai politik Eritrea tidak boleh didirikan, kebebasan pers dikekang, dan bahasa Eritrea tidak boleh lagi diajarkan di sekolah.
Puncaknya, pada 14 November 1962, Selassie mengeluarkan Order Nomor 27 yang mengatakan kalau periode federal Eritrea berakhir. Ethiopia secara sepihak memasukkan Eritrea ke dalam provinsi ke-14-nya.
Penduduk Eritrea pada gak terima. Mereka yang tidak suka dengan sikap Selassie melakukan perlawanan dan meletuskan perang kemerdekaan sejak September 1961 hingga Mei 1991. Iya, lama banget kan? Pada waktu ini, Eritrea didukung negara arab dan gerilyawan Palestina, sementara Uni Soviet dan Kuba memberikan bantuan ekonomi dan alat militer kepada Ethiopia.
Ingat gak di masa ini Uni Soviet lagi ngapain? Yak, dia juga lagi perang melawan Afghanistan (yang mana negara arab).
Setelah jatuhnya Uni Soviet, PBB melakukan intervensi kepada dua negara ini. Hasilnya: 24 Mei 1993, Eritrea berdaulat dan mendapat pengakuan penuh dengan Asmara sebagai ibukota.
Lalu, apakah dengan merdeka dan diakuinya Eritrea membuat konflik ini selesai?
Sayangnya, tidak.
Konflik masih berlanjut. Batas-batas wilayah antara kedua negara ini masih bias dan belum pasti. Salah satu yang diperebutkan adalah wilayah Badme. Perang memperebutkan perbatasan terjadi. Sejak 1998-2000, sekitar 70.000 orang tewas.
Sampai kemudian, tahun 2000, PBB mengeluarkan resolusi 1312 tahun 2000. Mereka membikin zona aman di Eritrea. Buat ngejaganya, dibentuklah United Nations Mission in Ethiopia and Eritrea (UNMEE). Pasukan yang terdiri dari berbagai negara. Pada 12 Desember 2000, Ethiopia dan Eritrea ketemuan di Aljazair. Mereka membuat perjanjian perdamaian yang bernama Algiers Agreement.
Lagi-lagi, perjanjian damai ini tidak membuat hubungan kedua negara jadi akur. Konflik masih terjadi. Korban berjatuhan dan tawanan perang masih banyak. Ethiopia tidak bisa terima dengan isi perjanjian yang ada di sana, termasuk batas-batas wilayahnya.
Hingga delapan tahun kemudian, secara mengejutkan, Ethiopia menyetujui perjanjian damai Algiers Agreement. Mereka membebaskan tahanan, juga menyetujui pembagian wilayah kota Badme. Penerbangan Ethiopia ke Eritrea pun dibuka kembali sebagai tanda mereka mulai “akur”. Iya, peristiwa ini baru aja terjadi tahun 2018 yang lalu.
Ada pun orang di balik semua ini adalah Abiy Ahmed, Perdana Menteri Ethiopia yang baru dilantik pada April 2018.
Bagi Abiy Ahmed dan Ethiopia, keputusan itu tentu bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Butuh keberanian untuk “melepas ego”. Kebijakan yang diambil pasti mendapat banyak perspektif. Ada yagn setuju dan ada juga yang kontra.
Tapi, biar bagaimana pun juga, kebijakan yang diambil Abit membuat dua negara ini akhirnya menyelesaikan konflik panjang yang selama ini terjadi. Pada tahun 2019 lalu, Abiy pun diberi nobel perdamaian.
Gimana? Sekarang udah tahu, kan, konflik apa yang terjadi di Afrika antara Ethiopia dan Eritrea. Meski sempat mengalami perseteruan panjang, kini akhirnya mereka berdamai juga. Nah, kalau kamu suka dengan materi-materi pelajaran seperti ini dalam bentuk video, langsung Daftar Ke Leo Bimbel Online! Dalam materi Konflik di Berbagai Negara Sejarah kelas 12 ya!
Comments